Jaksel Pos – Presiden Kamerun, Paul Biya, yang kini berusia 91 tahun, akhirnya muncul di hadapan publik setelah enam pekan menghilang. Ketidakhadirannya tersebut memicu berbagai spekulasi mengenai kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, bahkan ada rumor yang menyatakan bahwa ia telah meninggal dunia.
Pada Senin, 21 Oktober 2024, televisi pemerintah menyiarkan rekaman kedatangan Biya di bandara internasional Yaoundé, setelah melakukan perjalanan dari Swiss. Dalam tayangan tersebut, Biya terlihat mengenakan setelan jas yang rapi. Ini adalah penampilan publiknya yang pertama sejak ia menghadiri KTT China-Afrika di Beijing pada tanggal 8 September. Kehadirannya di bandara disambut oleh pejabat negara dan anggota partai yang berkuasa, sebagai upaya untuk meredakan rumor yang beredar.
Pemerintah Kamerun sebelumnya telah melarang media untuk membahas kondisi kesehatan Biya, mengklaim bahwa isu tersebut merupakan masalah keamanan nasional. Hal ini menambah ketegangan di kalangan masyarakat dan media, yang terus berusaha untuk mendapatkan informasi tentang presiden mereka. Desas-desus mengenai kesehatan Biya sudah ada sejak dua dekade terakhir, dan ketidakhadirannya baru-baru ini semakin memicu kekhawatiran tentang masa depan kepemimpinannya.
Sebagai respon terhadap rumor tersebut, pejabat pemerintah menyatakan bahwa Biya dalam keadaan sehat dan sedang melakukan kunjungan pribadi ke Jenewa, tempat yang sering dikunjunginya untuk beristirahat. Mobilisasi besar-besaran di jalan-jalan ibu kota terlihat menjelang kedatangan Biya, yang menunjukkan niat pemerintah untuk menegaskan kembali keberadaan presiden. Mereka berharap kemunculan kembali ini dapat mengakhiri spekulasi yang merugikan citra pemerintah.
Kemunculan Biya ini juga membawa pertanyaan tentang masa depannya dalam politik Kamerun. Ada kemungkinan bahwa ini akan mendorong partai yang berkuasa, CPDM, untuk meminta Biya mencalonkan diri kembali untuk masa jabatan tujuh tahun pada pemilihan mendatang. Meskipun dia dikenal dengan julukan “Manusia Singa” di kalangan pendukungnya, Biya belum memberikan pernyataan resmi mengenai niatnya untuk mencalonkan diri lagi. Para pengkritiknya berpendapat bahwa tindakan politiknya akhir-akhir ini menunjukkan upaya untuk memperkuat kontrol partai yang berkuasa atas pemerintahan.
Kondisi kesehatan Biya memang menjadi perhatian utama masyarakat. Banyak yang khawatir tentang stabilitas politik di Kamerun jika presiden tidak dapat menjalankan tugasnya. Selain itu, terdapat desakan untuk memperbarui kepemimpinan yang sudah berlangsung lama, mengingat Biya telah berkuasa sejak tahun 1982.
Banyak kalangan di dalam dan luar negeri menantikan langkah selanjutnya dari Biya. Apakah ia akan mengambil keputusan untuk mencalonkan diri kembali atau mempertimbangkan untuk memberikan kekuasaan kepada generasi pemimpin baru? Sementara itu, masyarakat Kamerun terus mengikuti perkembangan ini dengan penuh harapan bahwa masa depan negara mereka akan lebih baik, terlepas dari apa pun yang terjadi pada presiden mereka.
Dengan kembalinya Paul Biya ke panggung publik, kini semua mata tertuju padanya dan keputusan yang akan diambilnya dalam waktu dekat. Apakah ini akan menjadi awal dari perubahan atau sekadar langkah untuk mempertahankan status quo? Hanya waktu yang akan menjawabnya.