Jakarta Selatan Pos – Pesawat tempur Israel kembali melancarkan serangan udara pada Kamis (24/10) di wilayah selatan Beirut, setelah beberapa jam sebelumnya keadaan relatif tenang. Menurut laporan dari Kantor Berita Nasional Lebanon, jet tempur Israel melakukan dua serangan terhadap sebuah bangunan yang terletak di kawasan Chouaifet El Aamroussieh.
Sebelum serangan terjadi, militer Israel telah memberikan peringatan kepada para penghuni bangunan di lingkungan Haret Hreik untuk segera meninggalkan lokasi. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menyampaikan melalui pernyataan di platform X, bahwa penduduk yang tinggal di pinggiran selatan, khususnya di gedung yang ditandai pada peta yang disertakan, harus mengosongkan bangunan mereka. Ia menekankan bahwa bangunan tersebut berdekatan dengan fasilitas Hizbullah yang menjadi target serangan.
“Kepada semua orang yang tinggal di pinggiran selatan, khususnya di gedung yang ditandai dan bangunan sekitar Haret Hreik: Anda tinggal di dekat fasilitas Hizbullah yang akan segera menjadi sasaran tentara Israel,” ucap Adraee, sembari mengingatkan penduduk untuk menjauh setidaknya 500 meter dari lokasi yang dianggap berisiko.
Dalam pernyataan tersebut, Adraee juga melampirkan peta yang menunjukkan empat bangunan yang terletak di Haret Hreik, Al-Laylaki, dan Borj El Brajneh. Wilayah pinggiran selatan Beirut, yang sering disebut Dahieh, dikenal sebagai kubu Hizbullah, di mana banyak operasi dan aktivitas kelompok tersebut dilakukan.
Haret Hreik sendiri terletak di jantung pinggiran kota dan memiliki luas sekitar 1,82 kilometer persegi. Daerah padat penduduk ini dianggap sebagai benteng politik bagi Hizbullah, yang menampung berbagai kantor keamanan dan politik, termasuk pusat komando, kantor-kantor parlemen, dan Dewan Syura.
Israel telah melancarkan serangkaian serangan udara besar-besaran di Lebanon sejak bulan lalu, dengan alasan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghancurkan target-target yang terkait dengan Hizbullah. Ini merupakan eskalasi dari konflik yang telah berlangsung selama setahun antara Israel dan Hizbullah, yang semakin meningkat setelah serangan brutal Israel di Jalur Gaza.
Konflik ini semakin memanas ketika Israel mulai meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober. Serangan tersebut menciptakan ketegangan yang lebih besar di kawasan, dengan banyak penduduk yang khawatir akan dampak lebih lanjut dari aksi militer ini. Dalam konteks ini, situasi di Lebanon sangat rentan, dengan banyak warga sipil yang terjebak dalam perseteruan antara dua kekuatan ini, dan serangan yang terus berlanjut menambah penderitaan bagi masyarakat yang sudah mengalami kesulitan.
Ketegangan di kawasan tersebut menunjukkan betapa kompleksnya dinamika konflik yang melibatkan berbagai aktor dan kepentingan, di mana warga sipil sering kali menjadi korban. Di tengah ancaman dan ketidakpastian, banyak penduduk Lebanon yang berharap akan adanya gencatan senjata dan solusi damai yang dapat mengakhiri siklus kekerasan ini.